Senin, 28 Desember 2009

http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-tugas-makalah/kedokteran/hydrocephalus

A. Latar Belakang.
Hydrocephalus telah dikenal sajak zaman Hipocrates, saat itu hydrocephalus dikenal sebagai penyeban penyakit ayan. Di saat ini dengan teknologi yang semakin berkembanga maka mengakibatkan polusi didunia semakin meningkat pula yang pada akhirnya menjadi factor penyebab suatu penyakit, yang mana kehamilan merupakan keadaan yang sangat rentan terhadap penyakit yang dapat mempengaruhi janinnya, salah satunya adalah Hydrocephalus. Saat ini secara umum insidennya dapat dilaporkan sebesar tiga kasus per seribu kehamilan hidup menderita hydrocephalus. Dan hydrocephalus merupakan penyakit yang sangat memerlukan pelayanan keperawatan yang khusus.
Hydrocephalus itu sendiri adalah akumulasi cairan serebro spinal dalam ventrikel serebral, ruang subaracnoid, ruang subdural (Suriadi dan Yuliani, 2001). Hydrocephalus dapat terjadi pada semua umur tetapi paling banyak pada anak usia dibawah 6 tahun.
Dari data yang didapat dalam kurun waktu 6 (enem) tahun pada kasus Hydrocephalus di Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Wahab Sjahranie Samarinda khususnya ruang Angsoka terdapat 101 kasus hydrocephalus dari 6233 kasus penyakit saraf yang ada.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan hal tersebut diatas, perumusan masalah yang dapat dibuat yaitu “Bagaimana pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada An.S dengan diagnosa medis Hydrocephalus yang dirawat di Rumah Sakit Daerah Abdul Wahab Sjahranie Samarinda?”
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini terbagi menjadi :
1. Tujuan Umum.
Mengetahui dan mendapatkan gambaran mengenai Asuhan Keperawatan pada An.S dengan Hydrocephalus di Ruang Angsoka Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.
2. Tujuan Khusus.
Mendapatkan pengalaman yang nyata pada An.S dengan Hydrocephalus di Ruang Angsoka Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Wahab Sjahranie Samarinda tentang :
a. Pengkajian, analisa data yang ditemukan.
b. Menyusun diagnosa keperawatan yang muncul.
c. Menyusun rencana Asuhan Keperawatan.
d. Melaksanakan intervensi keperawatan.
e. Melakukan evaluasi dari Asuhan Keperawatan yang diberikan.
f. Melakukan pendokumentasian.
D. Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan adalah metode deskriptif tipe studi kasus. Metode ini memberikan gambaran yang sedang terjadi atau berlangsung dan actual. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah :
1. Wawancara atau anamnesa. Tehnik ini dugunakan untuk menggali data melalui informasi dari keluarga dan diskusi dengan perawat dan tenaga kesehatan lainnya.
2. Observasi. Dengan cara melakukan pengamatan secara langsung pada klien dan mengamati keadaan klien serta menganal barbagai masalahyang timbul pada klien dengan Hydrocephalus.
3. Pemeriksaan fisik. Tehnik ini meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi serta pemeriksaan neurologist yang meliputi fungsi saraf cranial, fungsi motorik, fungsi sensorik dan fungsi reflek.
4. Study dokumentasi. Dengan cara menggunakan metode pengumpulan data yang berkaitan dan diperoleh dari status pasien, catatan keperawatan dan catatan medis.
5. Study perpustakaan. Dengan cara menggunakan bahan yang ada kaitanya dengan judul karya tulis ini berupa buku–buku baik dari segi medis maupun dari sumber keperawatan, diklat dan lain-lain yang dapat mendukung teori yang ada.
E. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis membagi menjadi 5 (lima) Bab yang masing-masing terdiri dari sub-sub bahasan atau uraian yang saling berkaitan.
Bab pertama Pendahuluan, bab ini beriskan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, teknik pengumpulan data dan sistematika penulisan. Bab kedua Tinjauan Pustaka, menguraikan tentang pengertian, etiologi, patofisiologi, komplikasi serta pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Bab ketiga Tinjauan Kasus, terdiridari pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pada kasus nyata dilapangan. Bab keempet Pembahasan, yang menjelaskan tentang kesenjangan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus. Bab kelima Penutup, yang berisikan kesimpulan dan saran, dilanjutkan dengan daftar pustaka.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Hydrocephalus adalah akumulasi cairan serebro spinal dalam ventrikel serebral, ruang subarachnoid atau ruang subdural (Suriadi dan Yuliani, 2001).
Menurut Mumenthaler (1995) definisi hydrocephalus yaitu timbul bila ruang cairan serebro spinallis internal atau eksternal melebar.
Hydrocephalus merupakan keadaan patologis otak yang mengakibatkan bertmbahnya cairan serebro spinalis tanpa atau pernah dengan tekanan intracranial yang meninggi sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat mengalirnya cairan serebro spinal (Ngastiyah, 1997).
Hydrocephalus berkembang jika aliran serebro spinal terhambat pada tempat sepanjang perjalanannya, timbulnya Hydrocephalus akibat produksi yang berlebihan cairan serebro spinal dianggap sebagai proses yang intermiten setelah suatu infeksi atau trauma. Ini dapat terjadi kelainan yang progresif pada anak-anak yang disebabkan oleh papiloma pleksus, yang dapat diatasi dengan operasi (Mumenthaler, 1995).
Klasifikasi Hydrocephalus cukup beragam, tergantung pada factor yang berkaitan dengannya. Menurut Harsono (1996), berikut ini klasifikasi Hydrocephalus yang sering dijumpai diberbagai buku :
a. Menurut gambaran klinik, dikenal Hydrocephalus yang Manifes (Overt hydrocephalus) dan Hydrocephalus yang tersembunyi (Occult hydrocephalus). Hydrocephalus yang namak jelas dengan tanda-tanda klinis yang khas disebut Hydrocephalus Manifes, sementara itu Hydrocephalus dengan ukuran yang normal disebut Hydrocephalus yang tersembunyi.
b. Menurut waktu pembentukan dikenal dengan Hydrocephalus congenital dan Hydrocephalus akuisita. Hydrocephalus yang terjadi pada neonatus atau yang berkembang selama intra-uterin disebut Hydrocephalus congenital sedangkan Hydrocephalus yang terjadi karena cidera kepala selama proses kelahiran disebut Hydrocephalus infantil, sedangkan Hydrocephalus akuisita adalah Hydrocephalus yang terjadi setelah masa neonatus atau disebebkan oleh factor-factor lain setelah masa neonatus.
c. Menurut proses terbentuknya dikenal Hydrocephalus akut yaitu Hydrocephalus yang terjadi secara mendadak sebagai akibat obstruksi atau gangguan absorpsi cairan serebro spinal, dan Hydrocephalus kronik yaitu apabila perkembangan Hydrocephalus terjadi setelah aliran cairan serebro spinal mengalami obstruksi beberapa minggu.
d. Menurut sirkulasi cairan serebro spinal , dikenal Hydrocephalus komunikans dan Hydrocephalus non-komunikans. Hydrocephalus komunikans adalah Hydrocephalus yang memperlihatkan adanya hubungan antara cairan serebro spinal system ventrikulus dan cairan serebro spinal dari ruang subarachnoid, Hydrocephalus non-komunikans berarti cairan serebro spinal system ventrikulus tidak berhubungan dengan cairan serebro spinal ruang subarachnoid.
Hydrocephalus secara teoritis hal ini terjadi sebagai akibat dari tiga mekanisme yaitu : produksi likuor yang berlebih, peningkatan resistensi aliran likuor dan peningkatan tekanan sinus venosa. Sebagai konsekuensi dari tiga mekanisme diatas adalah peningkatan tekanan intracranial sebagai upaya mempertahankan keseimbangan sekresi dan absorpsi (Listiono, 1998).
Hydrocephalus terjadi bila tempat penyumbatan aliran cairan serebro spinal pada salah satu tempat antara tempat pembentukan cairan serebro spinal dalam system ventrikel dan tempat absorbsi dalam ruang subarachnoid. Akibat penyumbatan terjadi dilatsi ruangan cairan serebro spinal diatasnya. Tempat yang sering tersumbat dan terdapat dalam klinik ialah foramen monroi, foramen luschka dan magendie, sisterna magna dan sisterna basialis. Secata teoritis pembentukan cairan serebrospinal yangn terlalu banyak dengan kecepatan absorbsi yang normal akan menyebabkan terjadinya Hydrocephalus, dapat juga Hydrocephalus pada bayi diakibatkan oleh kelainan bawaan (congenital), infeksi, neoplasma dan pendarahan (Ngastiyah, 1997).
Menurut Suriadi dan Yuliani (2001) patofisiologi dari Hydrocephalus yaitu tyerjadi karena adanya gangguan absorbsi cairan serebro spinal dalam subarachnoid dan atau adanya obstruksi dalam ventrikel yang mencegah cairan serebro spinal masuk kerongga subaracnoid karena infeksi, neoplasma, perdarahan atau kelainan bentuk perkembangan otak janin, cairan terakumulasi dalam ventrikel dan mengakibatkan dilatasi ventrikel dan penekanan organ-organ yang terdapat dalam otak.
Patofisiologis :
Produksi CSS
Sumbatan aliran CSS
Yang melalui ventrikel Gangguan absorbsi CSS
Di ruang subarachnoid

Akumulasi CSS di ventrikel

Ventikel berdilatasi dan menekan organ-organ yang terdapat
didalam otak

terjadi peningkatan TIK

Etiologi dari Hidrocephalus ada empat yaitu kelainan bawaan, infeksi, neoplasma dan pendarahan (Ngastiyah, 1997).
Adapun sebebnya Hydrocephalus terjadi sebagai akibat dari obstruksi, gangguan absorbsi atau kelebihan produksi cairan serebro spinal.
Komplikasi yang mungkin timbul pada Hydrocephalus ialahpeningkatan intracranial, kerusakan otak, infeksi (Septikemia, endokarditis, infeksi luka, nefritis, meningitis, ventrikulitis, abses otak), shunt tidak berfungsi dengan baikj akibat abstruksi mekanik, hematoma subdural, peritonitis, abses abdomen, perforasi organ dalam rongga abdomen, fistula, hernia dan ileus serta pada akhirnya dapat mengakibatkan kematian (Suriadi dan Yuliani, 2001).
A. Pengkajian
Pengkajian pada Hydrocephalus menurut Suradi dan Yuliani (2001), yaitu pembesaran kepala pada bayi atau lingkar kepala, ukuran ubun-ubun menonjol bila menangis, vena terlihat jelas pada kulit kepala, binyi cracked pot pada perkusi, tanda setting sun, penurunan kesedaran, oposthotonus, spesifik pada ekstrimitas bawah, tanda peningkatan tekanan intracranial (muntah proyektil, pusing, papil edema), perubahan tanda vital khususnya pernafasan, pola tidur, prilaku dan interaksi
B. Diagnosa Keperawatan
Pasien Hydrocephalus adalah pasien yang sangat menderita dan memerlukan perawatan khusus karena adanya kerusakan saraf yang menimbulkan kelainan neurologist berupa gangguan kesedaran sampai pada gangguan pusat vital. Masalah yang perlu diperhatikan adalah gangguan neurologist, resiko terjadinya decubitus, kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit (Nyastiyah,1997).
Masalah keperawatan menurut Suradi dan Yuliani (2001), ada enam yaitu :
1. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan meningkatnya volume cairanserebro spinal, meningkatnya tekanan intracranial.
2. Resiko injury berhubungan dengan pemasangan shunt.
3. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan adanya tindakan untuk mengurangi tekanan intracranial, meningkatnya tekanan intracranial.
4. Resiko infeksi berhubungan dengan efek pemasangan shunt.
5. Perubahan peruses keluarga berhubungan dengan kondisi yang mengancam kehidupan anak.
6. Antisipasi berduka berhubungan dengan kemungkinan kehilangan anak.
C. Perencanaan
Rencana tinmdakan sesuai teoti yang dirtetepkan olah Suriadi dan Yuliani tahun 2001, pada Hydrocephalus adalah :
1. Cegah komplikasi dengan :
a. Ukur lingkar kepala setiap 8 jam.
b. Monitor kondisi frontanel
c. Atur posisi anak miring kearah yang tidak dilaksanakan tindakan operasi.
d. Jaga posisi kepala tetap sejajar dengan tempat tidur untuk menghindari pengurangan tekanan intracranial yang tiba-tiba.
e. Observasi dan nilai fungsi neurologis tiap 15 menit hingga tanda-tanda vital stabil.
f. Laporkan segera tiap perubahan tingkah laku atau perubahan tanda-tanda vital.
g. Nilai kesadaran balutan terhadap adanya perdarahan dan daerah sekitar operasi terhadap tanda-tanda kemerahan dan pembengkakan setiap dua jam.
h. Ganti posisi setiap dua jam dan jika perlu gunakan matras yang berisi udara untuk mencegah penekanan yang terlalu lama pada daerah tertentu
2. Cegah terjadinya infeksi dan injury :
a. Laporkan segera jika terjadi perubahan tanda vital atau tingkah laku.
b. Monitor daerah sekitar operasi terhadap adanya tanda-tanda kemerahan atau pembengkakan.
c. Pertahankan kondisi terpasangnya shunt yang tidak baik maka segera untuk kolaborasi untuk pengangkatan atau penggantian shunt.
d. Lakukan pemijatan pada selang shunt untuk menghindari sumbatan pada awalnya.
3. Bantu penerimaan orang tua tentang keadaan anak dan dapat berpartisipasi :
a. Berikan kesempatan pada orang tua atau anggota keluarga untuk mengekspresikan perasaan.
b. Hidari dalam pemberian pernyataan yang negative.
c. Tunjukkan tingkah laku yang menerima keadaan anak.
d. Berikan dorongan pada orang tua untuk membantu perawatan anak, ijinkan orang tua melakukan perawatan pada anak dengan optimal.
e. Jelaskan seluruh tindakan dan pengobatan yang dilakukan.
f. Berikan dukungan pada tingkah laku orang tua yang positif.
g. Diskusikan tingkah laku orang tuayang menunjukkan adanya frustasi.
D. Pelaksanaan
Pelaksanaan yang akan dilakukan sesuai dengan perencanaan diatas yaitu :
1. Mencegah komplikasi.
a. Mengukur lingkar kepala setiap 8 jam.
b. Memonitor kondisi fontanel.
c. Mengatur posisi anak miring kearah yang tidak dilakukan tindakan operasi.
d. Menjaga posisi kepala tetap sejajar dengan tempat tidur untuk ,menghindari tekanan intracranial yang tiba-tiba.
e. Observasi dan nilai fungsi neurologist tiap 15 menit hingga tanda-tanda vital stabil.
f. Melaporkan segera setiap perubahan tingkah laku misalnya : mudah terstimulasi, menurunnya tingkat kesadaran, atau perubahan tanda-tanda vital.
g. Menilai keadaan balutan terhadap adanya perdarahan dan daerah sekitar operasi terhadap tanda-tanda kemerahan dan pembengkakan setiap 15 menit hingga tanda vital stabil, selanjutnya setiap 2 jam.
h. Mengganti posisi setiap 2 jam dan jika perlu gunakan matras yang berisi udara untuk mencegah penekanan yang terlalu lama pada daerah tertentu.
2. Mencegah terjadinya infeksi dan injury :
a. Melaporkan segera jika terjadi perubahan tanda vital (meningkatnya temperature tubuh) atau tingkah laku.
b. Memonitor daerah sekitar operasi terhadap adanya tanda-tanda kemerahan atau pembengakakan.
c. Mempertahankan kondisi terpasangnya shunt tetap baik, jika kondisi shunt yang tidak baik maka segera berkolaborasi untuk pengangkatan atau penggantian shunt.
d. Melakukan pemijitan pada selang shunt untuk menghindari sumbatan pada awalnya.
3. Membantu penerimaan orang tua tentang keadaan anak dan dapat beradaptasi :
a. Memberikan kesempatan pada orang tua atau anggota keluarga untuk mengekspresikan perasaan.
b. Menghindari dalam memberikan pernyataan yang negative.
c. Menunjukan tingkah laku yang memerima keadaan anak (menggendong, berbicara dan memberikan kenyamanan pada anak).
d. Memberikan dorongan pada orang tua untuk membentu perawatan anak, ijinkan orang tua melakukan perawatan pada anak dengan optimal.
e. Menjelaskan seluruh tindakan dan pengobatan yang dilakukan.
f. Memberikan dukungan pada tingkah laki orang tua yang positif.
g. Mendiskusikan tingkah laku orang tua yang menunjukkan adanya frustasi.
E. Evaluasi
Menurut Suradi dan Yuliani (2001), hasil yang akan dicapai :
1. Anak akan menunjukan tidak adanya tanda-tanda komplikasi perfusi jaringan serebral adekuat.
2. Anak akan menunjukan tanda-tanda terpasangnya shunt dengan tepat.
3. Anak tidak akan menunjukan tanda-tanda injury.
4. Anak tidak akan menunjukan tanda-tanda infeksi (tumor, rugor, dolor, kalor, fungsi laesa).
5. Orang tua akan menerima anak dan akan mencari bantuan untuk mengatasi rasa berduka.

Sabtu, 12 Desember 2009

http://hariansib.com/?p=102656

kasus prita mulya sari

Jakarta (SIB)
RS Omni Internasional mencabut gugatan perdata atas Prita Mulyasari. Hal ini sekaligus menghapuskan denda Rp 204 juta sesuai isi putusan Pengadilan Tinggi Banten.
“Kita mencabut gugatan perdata dan membebaskan ganti rugi dan membawa ini ke persidangan pidana agar menjadi pertimbangan,” kata kuasa hukum RS Omni, Heribertus S Hatojo melalui telepon, Jumat (11/12).
Menurutnya langkah ini sesuai apa yang disyaratkan Depkes, dan kita menerima semua tanpa syarat.
“Kita mendahului Ibu Prita, jadi kita mengambil sikap dan langsung melaksanakan,” tambahnya.
Depkes berinisiatif mendamaikan Prita dan RS Omni dengan mengajukan draf perdamaian. RS Omni sudah menyetujui draf damai tersebut. Namun kubu prita keberatan karena khawatir perdamaian masalah perdata itu justru bisa memberatkan hukuman dalam perkara pidana yang hingga kini masih disidangkan.
Sementara itu pengumpulan koin untuk membantu Prita terus berlangsung. Hingga kini pengumpulan koin sebagai simbol sindiran atas perlakuan hukum yang tidak adil bagi korban RS itu sudah mencapai Rp 500 juta lebih. Koin disumbangkan mulai dari rakyat kecil hingga politisi.
RS Omni Tak Ajukan Permintaan Maaf Resmi ke Prita
RS Omni Internasional mencabut gugatan perdata dan denda Rp 204 juta atas Prita Mulyasari. Tapi untuk minta maaf, pihak Omni tidak mengajukan secara resmi.
“Kami ingin win-win solution, kita membuka pintu damai. Ini masalah sensitif,” kata kuasa hukum RS Omni Heribertus S Hatojo melalui telepon, Jumat (11/12).
Saat ditanya apakah akan mengajukan secara resmi permintaan maaf, pihak RS Omni hanya memberikan jawaban membuka pintu damai dan akan saling memaafkan.
“Pokoknya kalau bertemu Ibu Prita kita akan menyodorkan tangan duluan,” tambahnya.
Sebelumnya Depkes berinisiatif mendamaikan Prita dan RS Omni dengan mengajukan draf perdamaian. RS Omni sudah menyetujui draf damai tersebut. Namun kubu prita keberatan karena khawatir perdamaian masalah perdata itu justru bisa memberatkan hukuman dalam perkara pidana yang hingga kini masih disidangkan.
Prita Masih Keberatan Draf Damai Depkes
RS Omni Internasional sudah mencabut gugatan perdata dan denda Rp 204 juta terhadap Prita Mulyasari. Namun begitu, kubu Prita mengingatkan pihaknya masih belum mau menandatangani draf perdamaian yang dimediasi oleh Depkes, karena masih keberatan dengan poin di dalamnya.
“Perlu dicatat ini masih belum ada penandatanganan nota perdamaian karena yang diajukan Departemen Kesehatan (Depkes) masih memberatkan kita,” kata Kuasa hukum Prita, Slamet Yuwono kepada detikcom, Jumat (11/12).
Slamet menegaskan, hingga kini masih belum ada titik temu antara pihak Prita dan RS Omni. Akan tetapi ia menolak pangkal persoalan buntunya titik temu semata-mata disebabkan oleh pihak Prita. Alasannya, tidak semua usulan Depkes dapat disepakati.
“Bola bukan di kita, tapi di Depkes, karena masih dibicarakan dengan Depkes. Draf yang kita ajukan juga belum disepakati Omni. Karena kita protek Bu Prita dari segi perkara pidana dan perdatanya. Jadi jangan sampai perdata dicabut tapi pidananya belum juga selesai,” jelasnya.
Salah satu poin yang tidak disepakati kubu Prita adalah pada poin ‘Prita tidak dapat lagi berhubungan dengan media massa setelah perkara selesai’.
“Kategori selesainya itu bagaimana? Kalau putus bebas tapi jaksa kasasi, itu nggak selesai. Kalau jaksa sudah tidak kasasi itu baru selesai, kita pun tidak akan jumpa pers terus,” ucapnya.
Oleh karenanya, kubu Prita pun mengusulkan draf perdamaian juga. Slamet menyatakan, sebenarnya pihaknya terbuka untuk damai.
“Makanya OC Kaligis (pengacara Prita-red) mengajukan juga ke Depkes yang intinya perdata dan pidana itu satu paket. Oke, mereka (Omni) cabut perdata, tapi untuk pidana ini mesti selesai juga. Dan kita harapkan Bu prita dinyatakan bebas,” ujar Slamet. (Ant/p)

Minggu, 06 Desember 2009

Jurnal Kemajuan Akademis Perawat Dalam Berkomunikasi

kesimpulan:
kemajuan akademis mempercepat program tinnggi perawat dalam menyelesaikan pendidikan . terlalu sedikit juru perawat telah dihubungkan untuk mengurangi mutu keseluruhan dari kekhawatiran dirumah sakit, jadi satu hak daya tarik mengubah karier pada peralihan kedalam kekuatan healthcare dan mutu bagi pengajaran profesional. aplikasi dalam merawat program naik berlaku buat semua orang dikompotesi slot pendaftaran sedang memperhambat . sebagai tambahan terhadap korban satu taraf tinggi jaminan sekuritas pekerjaan . pokok materi pemngkuan jabatan perawat mengenai RN: satu program diploma paling sering diurusi rumah sakit, RNs: satu program sarjana muda dalam BNS.
mempersiapkan lulus untuk memperaktekan kesemua healthcare menyetel dan mengasumsikan keanekaragaman paling luas dan berperan untuk komunikasi publik kesehatan , merawat manajemen agar tercapai perawat profesional.
http://www. nursingworld.org/mainmenucategories/anamarketteplace/annapriodiclass/ojin/journaltopics/obsity-on-the-Rise.aspx

Kesimpulan Jurnal Kommunikasi dalam Perawat

kesimpulan:
kemajuan akademis mempercepat program tinnggi perawat dalam menyelesaikan pendidikan . terlalu sedikit juru perawat telah dihubungkan untuk mengurangi mutu keseluruhan dari kekhawatiran dirumah sakit, jadi satu hak daya tarik mengubah karier pada peralihan kedalam kekuatan healthcare dan mutu bagi pengajaran profesional. aplikasi dalam merawat program naik berlaku buat semua orang dikompotesi slot pendaftaran sedang memperhambat . sebagai tambahan terhadap korban satu taraf tinggi jaminan sekuritas pekerjaan . pokok materi pemngkuan jabatan perawat mengenai RN: satu program diploma paling sering diurusi rumah sakit, RNs: satu program sarjana muda dalam BNS.
mempersiapkan lulus untuk memperaktekan kesemua healthcare menyetel dan mengasumsikan keanekaragaman paling luas dan berperan untuk komunikasi publik kesehatan , merawat manajemen agar tercapai perawat profesional.